BERDAMPINGAN DENGAN AI TANPA TERALINEASI

oleh : Lucia Ratnaningdyah Setyowati

Mari meramaikan hajatan Jalan Menuju Media Kreatif (JMMK) #16 yang kali ini dikemas dalam balutan tema The Artistic Reflection of Recorded Media Art in the Artificial Intelligence Era dengan gembira menyambut masa baru yang mungkin juga menjadi jalan bagi kreativitas-kreativitas baru. 

Sekitar 20 karya Film dan Televisi kami hadirkan dalam pameran ini, yang terdiri atas 9 karya mahasiswa Program Studi (Prodi) Film Televisi, Fakultas Seni Media Rekam (FSMR), Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta, 5 merupakan karya dosen Prodi Film Televisi, FSMR, ISI Yogyakarta, dan 6 karya para sahabat, kolega Prodi Film Televisi dari berbagai perguruan tinggi di luar negeri. Dari 20 karya ini, 3 diantaranya merupakan karya skenario, 6 film dokumenter, 8 film fiksi, 1 film fiksi documenter, 1 film tari, dan 1 video art.

Beberapa karya telah menerapkan AI untuk melengkapi ekspresi artistiknya, Khususnya pada film Prosesi Agung Ganjuran, yang memanfaatkan teknologi AI untuk mengisi informasi audionya dalam Voice Over Narasi. Film tersebut juga potensial memberdayakan teknologi non konvensional walau pun mungkin masih dikelola secara manual dalam rupa penggunaan drone camera, yang juga digunakan pada karya dokumenter perjalanan Motorcycle Traveloque : Teh Perbukitan Menoreh” untuk mengcover lanskap-lanskap dengan liuk eloknya. 

Karya-karya lainnya mengisyaratkan keniscayaan alih teknologi dalam kontennya, bagaimana budaya konten media social telah mempolakan interaksi dalam keluarga dan masyarakat pada Fiksi “Pamit Gaes”, serta kebiasaan akses pengetahuan berbasis internet telah pula menjadi pola informasi pada anak-anak, tercermin dalam fiksi “Wasiat”. 

Satu fenomena menarik yang termuat dalam konten Dokumenter adalah kegelisahan (baca : kesadaran ) akan melemahnya media seni tradisional. Ketoprak Tobong Siswo Budoyo mencoba memahami konvensi bertutur dalam Bahasa baru : Bahasa Film, bukannya tidak mungkin sebentar lagi juga akan memasuki dunia yang lebih baru, Dunia AI. Sekali lagi sebuah keniscayaan yang tak perlu diratapi.

Karya-karya lainnya yang belum menerapkan AI menjadi penanda bahwa keduanya dapat berdampingan dalam harmoni apik, yang satu tidak meniadakan yang lainnya.Karena memang artificial intelegent (AI) telah datang menjadi produk baru budaya manusia, mari kita sambut layaknya anggota baru keluarga, tidak serta merta harus melebur menjadi sepertinya, namun pula tidak harus menjadi terasing oleh kehadirannya. Berdampingan, berkolaborasi atau akan melebur, semua adalah jalan-jalan yang selalu terbuka, jalan menuju kreativitas…. yang memang tak terbatas