Fakultas Seni Media Rekam (FSMR), Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta pada  tahun ini menyelenggarakan pameran Jalan Menuju Media Kreatif (JMMK) #14 secara daring dan luring di Fakultas Seni Media Rekam (FSMR) ISI Yogyakarta dan  di Rangkai pada 25 Oktober s.d 1 November 2022. Kali ini JMMK #14 bertema Art for Revival and Recovery of Life, yang berarti bagaimana seni media rekam berperan dalam pemulihan dan kebangkitan kehidupan. Tema ini terkait dengan kondisi kita saat ini yang berada pada masa pemulihan usai 2 tahun pandemi. Karya yang dipamerkan pada pameran tahun ini adalah karya yang sebagian dibuat pada masa pandemi, dimana ada banyak batasan sehingga seniman tidak leluasa untuk berkarya. Tetapi meski begitu semangat berkarya tetap ada dibuktikan dengan cukup banyaknya karya audio visual yang mengikuti JMMK#14. Ada 41 karya audio visual yang bisa dinikmati penonton di pameran ini, terdiri dari 28 karya mahasiswa, 7 karya dosen, 2 karya umum, 1 mitra perguruan tinggi dalam negeri dan 3 mitra perguruan tinggi luar negeri.

Dilihat dari formatnya karya audio visual yang ikut JMMK#14 terdiri dari video dokumenter, program televisi, film fiksi, dan video seni/musik. Sedangkan tema yang diangkat ada beberapa macam. Tema lingkungan hidup ada beberapa di pameran ini. “Wildlife Rescue” (feature) berkisah tentang tempat penampungan hewan liar yang akan dikembalikan pada habitatnya. Dokumenter “Kakek Hutan”, “Model Lama”, “Nipah”, dan “Pilang”, berkisah tentang upaya pelestarian hutan, kegelisahan akan perubahan lingkungan, pemanfaatan hutan dan menjadikan hutan sebagai laku spiritual. “Food Influencer” feature tema kuliner, bertutur bagaimana media sosial mampu menghidupkan usaha kuliner. Tema tentang fashion ada di feature “Brigita Laurdes” dan “Fashionpedia”, video tentang desainer dan magazine fashion. Tema remaja ada di “Isolasi Hati Mandiri”, “Laguna”, “The Break Boy”, “Menari Dalam Sepi” dan “Aku Menyanyi”, bertutur tentang remaja yang berjuang mewujudkan mimpinya. Tema sejarah diangkat oleh film dokumenter “Abdul Moeis Hassan” dan “Islamisasi Kutai”, keduanya tentang sejarah Kalimantan. Tema seni budaya lokal ada di film dokumenter “Naduri Karang Awak”, “Tarsul”, “Putri Lungsuran Naga”, “Sakola Baburu”, “Adam Timur”, dan “Berkaca pada Lukisan Kaca Kusdono Rastika”, dokumenter tentang seni dan budaya dari berbagai daerah di Indonesia. Film fiksi bertema cinta ada di “Series 3 Step of Love”, “Rejana”, “Transit”. Di pameran ini ada juga film fiksi komedi yaitu “Orderan Janda”. Film tema perjalanan “121 KM” dan “Motorcycle Travelogue, Teh Sangrai Bukit Menoreh”. Tema pandemi ada di beberapa karya audio visual, baik berupa film fiksi seperti “Tugas Akhir”, “Arah Tinggal”, maupun video dokumenter “Terpisah Jarak 6 Kaki”. Selain itu di pameran ini terdapat 2 video seni berjudul“ Identity“ dan “Rahhina”, 2 video musik berjudul “Song Song Sing Song” dan “Tak Pernah Mudah”, dan 1 video ekranisasi “1 Menit Sebelum Jam 12 Malam”. 

Keragaman tema film dan jumlah peserta pameran ini menunjukkan semangat berkarya yang tidak terhalangi oleh keterbatasan selama pandemi. Saatnya kita bangkit dan memulihkan kehidupan. Selamat berpameran. 

12 Oktober 2022

Kurator Prodi Film dan Televisi

Endang Mulyaningsih