Judul :  Asa
Nama : Maulidina Sekar Amalia
Tahun Produksi : 2022
Format : Film Fiksi

Sinopsis

Abi (9) seorang anak tunggal yang menderita ADHD atau hiperaktif yang membutuhkan kesabaran dan perhatian yang lebih dari orang sekitarnya. Abi hidup dikeluarga yang berkecukupan namun kurang perhatian dari kedua orang tuanya karena sibuk bekerja. Di pagi hari, Ayah (45) dan Ibu (40) mendapatkan kabar dari guru sekolahnya bahwa nilai Abi terus turun dan terancam akan tidak naik kelas. Ayah dan Ibu akhirnya memutuskan untuk memanggil guru private untuk datang ke rumah dan bisa mengajari Abi tentang pelajaran di sekolahnya. Bu Nurul (35), guru private itu mengajari Abi setiap harinya, namun Abi tidak menyukai guru private tersebut. Bu Nurul menjelaskan pelajaran kepada Abi dengan sedikit kesusahan karena melihat kondisi Abi yang tidak fokus mendengarkan penjelasan Bu Nurul, melainkan hanya mencoret-coret buku tulisnya tersbut dengan pensilnya. Melihat hasil coretan Abi tersebut, Bu Nurul melihat Abi memiliki potensi lebih dalam menggambar. Bu Nurul berinisiatif memberikan krayon dan buku gambar agar Abi bisa menggambar dengan baik dan juga menawarkan untuk mengikuti lomba menggambar di majalah anak. Abi berlatih setiap hari untuk dapat memenangkan perlombaan tersebut, namun ternyata kedua orang tuanya tidak menyetujui dan menuntut Abi untuk fokus belajar. Abi mendapatkan hambatan-hambatan yang datang dari kedua orang tuanya setiap kali Abi usaha untuk latihan menggambar. Abi tidak pantang menyerah demi mendapatkan hasil yang terbaik.

Judul :  Subasita
Nama : Miya Anguwati
Tahun Produksi : 2022
Format : Film Dokumenter

Sinopsis

Seiring berjalanannya waktu, globalisasi terus berlangsung. Hal itu tak sedikit memberikan efek pada manusia itu sendiri. Kebudayaan timur khususnya budaya jawa semakin memudar karena kurangnya apresiasi dari penduduk pribumi. Namun disamping memudarnya keberadaan budaya masih ada sekelompok orang yang melakukan suatu kegiatan positif demi melestarikan budaya jawa yaitu sekolah Memetri Wiji. Sekolah ini mengajarkan anak-anak tentang budi pekerti dan unggah-ungguh jawa seperti tembang jawa, aksara jawa, tembang kewan, ngewiru jarik, belajar menyajikan makanan di depan orang, dll. Tak jarang pula masalah berdatangan dalam membangun sekolah ini. Namun, masalah itu tak mengurangi semangat dalam melestarikan budaya jawa.

Judul : Kepengarangan Bert Haanstra dalam Film Eksperimental Mirror of Holland, Glass & Nederland
Nama : Yusi Yuansa Larasati
Tahun Produksi : 2022

Abstrak

Penelitian ini berfokus pada analisis pola kepengarangan (auteurship) Bert Haanstra dalam film yang berjudul Mirror of Holland (1950), Glass (1958), & Nederland (1983). Penelitian dilakukan sebagai bentuk pembacaan terhadap eksplorasi film di era pasca Perang Dunia II dan juga minimnya penelitian terkait film eksperimental sebagai medium penyampaian gagasan. Ketiga film karya Bert Haanstra dianalisis untuk mencari pola auteur yang menampilkan ciri khasnya sebagai film maker eksperimental pada tahun1950-1980an di Belanda. Penelitian menggunakan metode penelitian kualitatif dengan pendekatan deskriptif. Metode kualitatif diaplikasikan karena dapat membantu untuk mengidentifikasi dan menganalisis pola dalam film yang bersifat abstrak, melalui deskripsi dan interpretasi. Tiga film dibedah dengan tiga pisau analisis; Identifikasi bentuk dan struktur film; Identifikasi teknis visual dan tata suara; Interpretasi gagasan di balik film-filmnya. Identifikasi bentuk, teknis visual dan tata suara dilakukan untuk mengetahui kecakapan teknis dan ciri khas teknis sang sutradara, kemudian interpretasi gagasan atau inner meaning dilakukan untuk mengetahui pesan dan nilai yang secara konsisten berusaha disampaikan Bert Haanstra melalui tiga filmnya yang berada pada rentang tahun dan kondisi teknologi yang berbeda. Tanpa narasi, Bert Haanstra tetap mampu berbicara dengan lantang kepada penonton melalui keunikan teknis visual dan audio yang digunakannya. Kedua aspek tersebut seakan menjawab aspek ketiga, yaitu gagasan di balik film-filmnya. Dapat dikatakan, struktur film dan teknis audio visual merupakan alat yang digunakan Haanstra untuk membingkai gagasan dan keputusan politisnya sebagai individu yang nasionalis.

Judul : Analisis Karakter Utama dalam Film Kartini Ditinjau Menggunakan Teori Vladimir Propp
Nama : Ambadra Retnawati
Tahun Produksi : 2022

Abstrak

Film Kartini merupakan kisah nyata perjuangan Raden Ajeng Kartini pahlawan wanita yang paling populer di Indonesia. Di Indonesia awal tahun 1883-1900 Masehi, Wanita tidak diperbolehkan memperoleh pendidikan yang tinggi, bahkan untuk para ningrat sekalipun. Setting tempat difilm ini berlatar di Jepara, Jawa Tengah. Analisis yang berjudul “Analisis Karakter Pemeran Utama Dalam Film Kartini Ditinjau Dengan Menggunakan Teori Vladimir Propp”. Film Kartini memiliki alur cerita yang maju mundur mengikuti pemeran utama. Teori yang dipakai dalam analisa skripsi ini merupakan teori Vladimir Propp, teori Vladimir Propp menjelaskan tentang banyak fungsi karakter di dalam narasi. Narasi masing-masing memiliki fungsi karakter dan penjelasannya tersendiri, penjelasan bisa mencangkup narasi dalam film, narasi dalam berita, narasi dalam novel.

Judul : Kostum dan Tata Rias sebagai Identitas Karakter pada Status Sosial di Film The Hunger Games: Trilogy
Nama : Shafa Anindya Kusuma
Tahun Produksi : 2022

Abstrak

Karakter merupakan komponen penting di dalam sebuah skenario film. Penulis skenario dan filmmaker harus sangat mengenal karakter tersebut sehingga dapat mewujudkan ke dalam visual mewakili karakter tersebut. Impresi pertama terhadap sebuah karakter dapat dilihat melalui penampilannya. Penampilan tersebut dapat menunjukan apakah karakter tersebut adalah protagonis, antagonis, atau bahkan menunjukan status peran sang karakter. Di dalam cerita The Hunger Games kesenjangan sosial antara warga Capitol dan penduduk distrik-distrik sangat besar dan jelas, salah satu hal yang membantu mengidentifikasikan kesenjangan sosial pada film tersebut adalah make up dan kostum dari para tokoh.

Teknik sampling yang digunakan pada penelitian adalah purposive sampling. Sampel berupa shot dari setiap babak yang menunjukkan perubahan jenis kostum, make up, dan status sosial yang dialami oleh para tokoh. Sampel dari shot yang dipilih adalah Katniss dan Peeta sebagai tokoh utama dan Efffie sebagai tokoh pendukung. Ketiganya memiliki perpindahan status sosial yang berbeda.Teori tata rias yang digunakan adalah tiga golongan make up yaitu Make up Cantik, Make up Karakter, dan Make up Smink. Kostum merupakan salah satu komponen untuk mengidentifikasi tokoh, watak, dan peran yang ada pada karakter sebuah cerita. Dalam analisis kostum akan menggunakan teori warna dari Louis Prang, jenis tekstil, dan perkembangan tren fashion dari tahun 1910-2010.

Kostum terbukti dapat menyampaikan sosiologi dan perkembangan karakter yang menjadi alat identifikasi status sosial. Tokoh dengan status sosial kelas bawah cenderung tidak menggunakan banyak tata rias dan warna pada wajahnya. Kostum di kelas bawah jauh lebih minimal dibanding kelas atas. Penggunaan tata rias karakter pada status sosial kelas atas menurut teori ada pada teori make up cantik dan juga make up smink. Kostum yang dikenakan oleh warga kelas atas cenderung memiliki banyak layer dan siluet pada bentuk bajunya.

Judul : Kritik Kapitalisme Dibalik Tanda Visual Melalui Mise En Scene Pada Film The Platform Ditinjau Dengan Teori Semiotika Roland Barthes
Nama : Widhia Shania
Tahun Produksi : 2022

Abstrak

Mise en scene adalah setiap hal yang terlihat di dalam sebuah frame film. Film The Platform merupakan salah satu film yang memiliki mise en scene yang menarik untuk dikaji. Penelitian dengan judul “Kritik Kapitalisme Dibalik Tanda Visual melalui Mise En Scene pada Film The Platform Ditinjau dengan Teori Semiotika Roland Barthes” ini bertujuan untuk menganalisa tanda visual yang terkandung dalam mise en scene yang digunakan sebagai makna ending pada film The Platform. Penelitian ini merupakan penelitian dengan pendekatan kualitatif deskriptif. Unit analisis yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah : Pemain, setting, dan properti. Data hasil penelitian diolah dengan menggunakan teori Roland Barthes yang berfokus pada proses pemaknaan tanda yang dikaitkan berdasarkan makna denotasi, konotasi dan mitos. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa film The Platform merupakan sarana kritik sosial yang bukan hanya mengkritik seputar kapitalisme, tetapi juga praktik sosialisme yang menimbulkan banyak konflik didalamnya.