SERTA PRODI PRODUKSI FILM & TELEVISI
“Harmoni Kreativitas Generasi Muda” Menggabungkan Warisan Budaya Melalui Media Rekam
Heri Nugroho, S.Sn.,M.Sn.
Muda dan Modern seakan menjadi sepasang kata yang menjadi satu erat dan lekat serta tidak dapat terpisahkan. Muda di sini bukan hanya sebagai ukuran jumlah angka usia namun mengandung makna semangat dan energi yang kuat yaitu semangat muda yang identik memiliki power yang lebih besar untuk terlibat dalam peristiwa modernisasi yang kreatif dan inovatif. Modernisasi yang terjadi secara terus menerus dan diikuti siapa saja dimana saja kemudian menjadi cara hidup manusia masa kini menjadi budaya modern. Peristiwa tersebut terjadi dalam segala hal termasuk dalam seni dan berkarya seni.
Seni Media Rekam yang pada dasarnya memiliki ciri khas yaitu teknologi, ilmu pengetahuan, dan seni hadir menjadi budaya baru seni dan berkarya seni, kelahirannya adalah dampak dari inovasi dan modernisasi yang terus terjadi. Dalam Pameran JMMK #15 2023 kali ini Media Rekam menjadi subjek sekaligus objek dalam perannya sebagai media seni “baru”, juga sebagai bentuk dari budaya modern, sekaligus sebagai media yang akan merangkum memuat budaya-budaya yang original yang merupakan warisan budaya Indonesia sehingga memberikan ruang ekspresi berkarya bagi para peserta pencipta karya seni yang memiliki semangat Muda. JMMK #15 melibatkan empat karya Film & Televisi sebagai produk media rekam yang terdiri dari satu karya fiksi, dua karya skenario fiksi, dan satu karya program televisi. Karya fiksi dan program televisi akan dipresentasikan kepada penonton melalui screening baik secara offline maupun online, kemudian karya skenario akan dapat bertemu dan diapresiasi oleh penonton di Galeri Pandeng FSMR ISI Yogyakarta.
Karya fiksi berjudul “IN FAME” karya Iqbal Keane Kembaren & Shaggil Mahara produksi Javania Films & Rupa Rupa Films. Bagaimana kamera mengiukuti tokoh utama, kemudian seperti apa peristiwa dan suasana yang disajikandan cara bertutur film ini khususnya di awal cerita membuat film ini mirip dengan film dokumenter. Film ini menggambarkan Fachri seorang aktor pemula yang sedang berjuang untuk mendapatkan apa yang dia cari dalam hidupnya. Melalui penggambaran yang rumpang, Fachri seorang aktor perintis, disorot kehidupan sehari-harinya. Namun di saat yang bersamaan, dia mulai mempertanyakan ragam eksistensi di sekitarnya, karena suatu kejanggalan yang mendadak muncul. Cara bertutur yang digunakan dalam film ini membuat penonton akan semakin mudah untuk ikut merasakan dan bahkan ikut masuk dalam realitas yang sedang dialami tokoh utama yang dibangun dalam film ini.
Dangdut dan goyang tidak bisa dipisahkan dalam setiap pementasan yang umumnya dinikmati oleh kaum laki-laki. Goyangan dari penyanyi sering kali dan bahkan hampir selalu memancing para penontoonya untuk ikut bergoyang. Selain kekuatan alunan musik dangdut yang memang memancing goyang tubuh setiap orang yang mendengarnya, juga paras kecantikan dan kemolekan tubuh penyanyinya atau kerap disebut biduan yang selalu merangsang setiap mata laki-laki yang menontonnya untuk mendekat dan bergoyang bersama. Budaya panggung dangdut ini sudah sangat melekat pada kehidupan masyarakat Indoensia pada umumnya. Paras cantik dan keindahan tubuh seakan menjadi senjata utama para biduan bahkan mengalahkan kualitas suara dalam bernyanyi untuk mendapatkan perhatian penonton yang umumnya adalah kaum laki-laki. Seorang penyanyi dangdut perempuan atau biduan akan berlomba-lomba untuk dapat menampilkan kecantikan wajah dan keindahan tubuh untuk menjadi idola para kaum laki-laki yang menontonnya.
Skenario “DARA” karya Dyah Arum Retnowati & Antonius Janu Haryono mencoba merespon peristiwa panggung dangdut tersebut. Dalam skenario ini menceritakan Dara seorang biduan dangdut yang ingin mempunyai wajah cantik agar menjadi semakin terkenal. Operasi plastik dipilih Dara untuk membuat wajah dan tubuhnya menjadi tampak lebih menarik. Perubahan bentuk tubuhnya yang cepat membuat banyak orang di medsos mempertanyakan kecantikan Dara. Para netizen yang mencoba mencari tahu kehidupan masa lalu Dara dan beredarnya foto-foto saat Dara masih memiliki tubuh sedikit gemuk, kulit hitam dan hidung tidak mancung, ramai diperbincangkan bahkan tidak sedikit yang menghujat. Mendapat tekanan dari netizen membuat Dara menjadi depresi terlebih kekasihnya yang sangat Dara cintai, memutuskan hubungan yang terjalin cukup lama begitu saja tanpa penjelasan. Semua hal tersebut, membuat Dara ingin mengakhiri hidupnya dengan melompat dari jembatan.
Tari merupakan salah satu kesenian pertunjukan yang memberikan suguhan estetika gerak tubuh atau koreografi. Tari kerap menjadi bentuk kebudayaan yang dilakukan secara turun temurun baik secara fungsi maupun secara profesi, salah satu contohnya tari secara fungsi sebagai bentuk tata cara upacara ritual-ritual tradisi suatu daerah, dan tari secara turun temurun satu kelompok masyarakat atau dalam satu keluarga diharuskan untuk dapat menguasai tari atau menjadi penari sebagai penerus tradisi dan budaya tertentu.
Berbeda dengan yang terjadi pada Lanang seorang anak laki-laki yang sejatinya terlahir dari keluarga penari namun justru keinginannya untuk menjadi penari mendapat larangan keras dari orang tuanya atas alasan internal yang terjadi pada masa lalu keluarganya. Karya skenario fiksi “MBARANG” karya Endang Mulyaningsih, Antonius Janu Haryono dan Cinta Setia Aisyah menceritakan Lanang seorang anak laki laki yang suka menari, tetapi bapaknya (Lanjar) selalu melarang Lanang menari. Lanang memutuskan untuk lari dari rumah, meninggalkan kakeknya (Slamet) yang demensia dan bapaknya, demi keinginannya agar bisa terus menari. Dia memilih untuk ikut sebuah sanggar tari Reog Wayang di desa pinggir pantai. Di sanggar ini Lanang tekun belajar menari. Ketekunan dan bakat Lanang membuatnya disayangi oleh pimpinan sanggar. Hal ini menimbulkan kecemburuan anggota lain. Dengan satu fitnah Lanang akhirnya harus keluar dari sanggar itu. Waktu di sanggar Lanang tidak sengaja mendengar cerita tentang ibunya yang meninggalkannya saat masih kecil. Setelah keluar dari sanggar, Lanang memutuskan untuk mencari ibunya. Dalam pengembaraannya Lanang bertahan hidup dengan mbarang dari satu pasar ke pasar lainnya. Mbah Sumo seorang nenek tua penjual tempe di pasar belas kasihan pada Lanang, dia sering memberi Lanang makanan dan membiarkan Lanang menempati kiosnya pada malam hari. Selain membantu Lanang Mbah Sumo juga sering memberi makan Sumi perempuan paruh baya yang gila dan tinggal di pasar. Awalnya Lanang terganggu dengan Sumi yang selalu mengikuti dia mbarang, tapi lama lama Lanang mengeluarkan dan menganggap Sumitemannya. Terlebih ketika Mbah Sumo meninggal karena kecelakaan, Lanang merasa dia yang harus meneruskan membantu Sumi. Ketika mbarang di pasar Lanang berusaha mencari tahu tentang keberadaan ibunya. Tapi tidak banyak info yang berhasil dia dapatkan. Suatu hari tanpa sengaja, Lanang bertemu dengan tetangganya di pasar. Tetangganya memberi kabar bahwa Mbah Slamet kakeknya yang demensia belum lama ini hilang tersesat karena pergi dari rumah dan berkata ingin mencari anaknya. Lanang memutuskan untuk pulang menengok kakeknya, Sumi mengikuti tanpa setahu Lanang. Di rumah Lanang bertemu dengan kakeknya, dan kaget melihat kakeknya menari saat mendengar Sumi nembang. Bapaknya yang pulang ke rumah terkejut dengan apa yang dia lihat di rumahnya. Apa yang dicari Lanang selama ini ternyata sudah dia temukan.
Keragaman budaya atas latar belakang suku yang beragam di Indonesia menjadikan keleluasaan ruang kreatif bagi pencipta karya seni untuk selalu merespon budaya yang tak ada habisnya sehingga melahirkan karya-karya yang beragam dan selalu baru. Kosidah, program televisi komedi vearitas karya Asmara Putra & Putri Intan Renoningtias mencoba menghadirkan “Indonesia mini” melalui setting kos yang berpenghuni penduduk kos dengan latar belakang suku yang berbeda-beda. Program ini menceritakan keseharian indekos putra bernama “Kos Idah” yang dihuni oleh empat mahasiswa dengan latar belakang dari berbagai daerah seperti Jakarta, Jawa, Medan, dan Papua. Pada episode ‘Kedatangan Anak Ibu Kos’ , para penghuni kost kedatangan seorang tamu wanita cantik. Tamu tersebut merupakan anak ibu kos yang ternyata adalah seorang penyanyi yang baru pulang dari kuliahnya. Karena kecantikanya, salah satu penghuni indekos berusaha mendekati anak ibu kos tersebut.
Pameran JMMK#15 melalui karya-karya yang ditampilkan khususnya karya Film dan televisi yang telah diulas di atas, selain menampilkan beragam bentuk dan tema karya yang dirangkum dalam tema besar “Harmoni Kreativitas Generasi Muda” Menggabungkan Warisan Budaya Melalui Media Rekam mencerminkan bahwa kreativitas, muda, dan budaya dapat menyatu menjadi karya-karya dalam wadah media rekam yang selalu baru dan setia kepada warisan budaya untuk menjadi kekuatan sekaligus kreativitas, pengetahuan serta teknologi dalam berkarya seni yang berbudaya.