Catatan Kuratorial Pameran dan Penayangan Karya Fotografi

dalam Rangka Dies Natalis ISI Yk ke 38

Menabur Ingatan

Menuai Harapan

Oleh : Aji Susanto Anom Purnomo, M.Sn.

“Mnemotechnics”, art of memory atau seni ingatan adalah salah satu seni yang diciptakan oleh Bangsa Yunani dan diwariskan ke Bangsa Romawi yang kemudian menjadi salah satu tradisi di Eropa. Sama seperti seni yang lain di masa Yunani Klasik, seni ingatan bukanlah aktivitas artistik seperti yang kita ketahui di era modern ini. Seni ingatan melekat pada aktivitas keseharian pada beberapa orang tertentu yang melakukan peran-peran penting dalam peradaban Yunani Klasik. Salah satu fungsinya adalah ketika mereka berpidato dalam waktu lama atau menyampaikan kisah-kisah yang panjang, ingatan mereka harus terlatih dengan baik. Untuk melatih ingatan dikenal dua konsep yang membantu para pelaku seni ingatan, Loci dan Imagine atau Tempat dan Konsep Mental. Di era modern ini seni ingatan terlupakan dengan penemuan-penemuan teknologi untuk membantu ingatan manusia, salah satunya, fotografi.

Fotografi merupakan salah satu buah pencapaian teknologi oleh peradaban umat manusia. Berawal dari teknologi fisika dan kimiawi yang sangat sederhana hingga teknologi canggih pada masa kini, fotografi berkembang dan memudahkan manusia dalam mencatatkan ingatannya. Apabila pada masa Yunani Klasik untuk menceritakan sebuah ingatan maka para pencerita harus melatihnya secara terus menerus, pada masa kini para pencerita tinggal menunjuk atau menunjukkan foto untuk kemudian mengawali penceritaannya. Dari penceritaan itulah fotografi dapat mengingatkan kembali ingatan yang bermakna dalam kehidupan fotografer-fotografernya. Fungsi sederhana dari ingatan ini akan menjadi luar biasa apabila rekayasa dan pendayagunaannya mampu dilakukan dengan penuh kesadaran.

Masa pandemi yang telah dilalui hampir tiga tahun ini memberikan dampak diseluruh aspek kehidupan. Dampak-dampak yang ditimbulkan tersebut sedikit banyak terekam dan menjadi timbunan secara personal di alam bawah sadar masing-masing insan. Dampak itu seringkali menjadi dampak negatif seperti misalkan isu-isu Kesehatan mental. Seniman-seniman terlatih untuk menyalurkan timbunan negatif tersebut melalui sublimasi daya kreatifnya sehingga menjadi sebuah karya seni. Wajar jika kemudian muncul pendapat karya seni yang hebat muncul dari kemelut jiwa yang kuat. Karya-karya seni yang berhasil lahir dari masa pandemi ini khususnya pada periode transisi dari pandemi menuju endemi akan diungkap melalui penelusuran arkeologi ingatan. Penelusuran arkeologi ingatan tersebut adalah catatan-catatan dari penyintas masa yang berat sehingga akan memberikan makna yang lebih luas selain hanya sebagai luaran terbaik dari pembelajaran pada masa pandemi. 

“The Memory

Anjania Nanda Pithaloka

2021

Karya terbaik Mata Kuliah Fotografi Cetak Tua “The Memory” dari Anjania Nanda Pithaloka adalah salah satu karya yang menunjukkan pentingnya kesadaran akan “ingatan”. Karya ini menerapkan teknik lukis dengan cat water color pada cetakan Cyanotype. Penggabungan kedua teknik tersebut dilatar-belakangi oleh kegemaran melukis dari pengkarya. Karya ini menggabungkan ingatan kegemaran melukis dan pengalaman terbaru saat menempuh perkuliahan fotografi cetak tua. Melalui karya ini kita dapat melihat bagaimana ingatan menginspirasi sebuah kekaryaan. Fluiditas kehidupan yang terus berjalan, menghasilkan tumpukan kenangan dan ingatan yang takkan pernah mati dan terekam dalam memori. Fluiditas kehidupan dan perjalanan waktu tergambarkan melalui visual dengan detik jam sebagai tanda waktu yang terus berjalan.

“Rumah Kosong dan Pemandangan Luar”

Tri Pamungkas Aji

2022

Karya Terbaik Mata Kuliah Fotografi Eksperimental “Rumah Kosong dan Pemandangan Luar” dari Tri Pamungkas Aji mengangkat konsep penciptaan tentang kepribadian introvert dari si pengkarya. Melalui pengolahan ingatan dan pengalaman pribadi kemudian muncul simbolisasi dari sublimasi sosok diri di tengah lingkungan sosial yang menekan. Sekali lagi ingatan muncul sebagai faktor pendorong yang kuat dalam menciptakan sebuah karya. Karya Terbaik Mata Kuliah Fotografi Cerita “Kisah Hesti Prawitasi Seorang Guru Honorer yang Konsisten Mengajar” dari Berliana Anisya Rahma mengangkat cerita tentang sebuah perjuangan insan Pendidikan dalam mencerdaskan kehidupan bangsa. Lekat dalam benak masyarakat bagaimana guru honorer seringkali tidak mendapatkan upah yang jauh dari layak daripada nilai pengabdian yang diemban olehnya. Nasib guru honorer harus terus dicatat dalam ingatan setiap generasi ingatan agar menyentuh dan menginspirasi perubahan di masa depan. Karya Terbaik dari Mata Kuliah Fotografi Komersial merupakan hasil pembelajaran berbasis proyek dengan luaran berupa Company Profile. Salah satunya adalah kelompok dari mahasiswa M Idzkar Jaelani, Nanda Rayvaldo Zulliansyah dan Yasmin Lazuardhani Zahra yang mengerjakan Company Profile dari The Victoria Hotel. Company profile ini juga merupakan sebuah cara menanamkan ingatan-ingatan dengan tujuan komersial pada calon-calon konsumen terkait citra dari sebuah perusahaan.

“Kisah Hesti Prawitasi Seorang Guru Honorer yang Konsisten Mengajar”

Berliana Anisya Rahma

2022

“Company Profile The Victoria Hotel”

M Idzkar Jaelani, Nanda Rayvaldo Zulliansyah dan Yasmin Lazuardhani Zahra 

2022

Pameran Fotografi dalam rangka Dies Natalis Institut Seni Indonesia Yogyakarta yang ke-38 ini menghadirkan 70 karya fotografi. Rinciannya adalah 36 karya terbaik luaran mata kuliah semester genap 2021/2022 dan 34 karya tugas akhir dari periode semester genap 2021/2022. 36 karya terbaik luaran mata kuliah dengan rincian berikut: 7 karya terbaik mata kuliah Fotografi Produk, 4 karya terbaik mata kuliah Fotografi Komersial, 9 karya terbaik mata kuliah Fotografi Cerita, 6 karya terbaik mata kuliah Fotografi Eksperimental, 5 karya terbaik mata kuliah Fotografi Cetak Tua, 5 karya Terbaik mata kuliah Fotografi Hitam Putih. Karya-karya tersebut akan dipamerkan selama sepekan pada 20-27 Juni 2022 di Galeri Pandeng, Fakultas Seni Media Rekam, Institut Seni Indonesia Yogyakarta.

Karya-karya fotografi ini sekali lagi menegaskan kehadiran fotografi tidak hanya sebagai engine of visualization tapi juga engine of memorization. Masa pandemi yang telah dilalui oleh ingatan umat manusia dengan penuh tekanan, kesedihan dan ketakutan meninggalkan palung mendalam pada alam bawah sadar kolektif kemanusiaan. Ingatan-ingatan yang terkubur dalam-dalam tersebut oleh fotografi dipanggil secara tidak sengaja melalui proses sublimasi kreatif dari seni. Fotografi sebagai engine of memorization memanggil ingatan-ingatan tersebut dalam proses yang sekaligus menawarkan recovery kehidupan. Proses yang menginspirasi penyembuhan pada luka batin kolektif melalui produksi dan reproduksi karya seni. Disini perlu dicatat, sekali lagi, seni menempati tempat yang paling penting dalam kehidupan manusia. Sekurang-kurangnya, seni akan selalu menginspirasi perubahan dan pemulihan kehidupan. 

Juni, 2022