Menembus Batas, Menjalin kolaborasi Fotografi Seni di Era Digital

Oleh: Susanto Umboro, S.Sn., M.Sn.

Kekayaan terbesar dalam fotografi seni salah satunya adalah keberagaman perspektif, terutama dalam konteks kolaborasi dan konektivitas global. Dalam lanskap seni kontemporer, fotografi telah berevolusi menjadi medium yang tidak hanya merekam realitas, tetapi juga membentuk narasi kritis terhadap perubahan sosial dan teknologi. Era digital membuka peluang kolaborasi lintas budaya yang sebelumnya sulit dilakukan, memungkinkan dialog antara identitas yang dinamis. Teori jaringan (Castells, 1996) dan aliran budaya global (Appadurai, 1996) menegaskan pentingnya medium ini sebagai ruang interaksi dan pertukaran ide. Saat ini yang serba digital, kolaborasi merupakan alat yang sangat penting untuk bertukar ide dan gagasan serta menciptakan karya yang bisa dinikmati audiens dimanapun berada. Seni tidak hanya sebagai sarana ekspresi namun sebagai cerminan kritis terhadap teknologi yang semakin modern seperti olah digital dan adanya kecerdasan buatan Artificial intelligence (AI).

Dalam rangka Dies Natalis ke-41 Institut Seni Indonesia Yogyakarta, Fakultas Seni Media Rekam mengusung tema “Colartboration”: Kolaborasi Seni Media Rekam untuk Konektivitas Global. Tema ini menegaskan bahwa pameran ini lebih dari sekadar kumpulan karya seni; melainkan perayaan bagaimana seni berfungsi sebagai medium kolaborasi lintas budaya dan batas geografis. Dalam mengkurasi karya-karya fotografi ini, ide dan gagasan yang dihasilkan sangat relevan dengan tema kolaborasi dan konektivitas global. Konektivitas global yang difasilitasi teknologi digital bukan sekadar akses cepat dan distribusi tanpa batas, tetapi juga membuka ruang dialog kritis yang memungkinkan karya seni merespons tantangan homogenisasi budaya dan dominasi teknologi. Karya-karya tersebut mudah diakses dan didistribusikan di seluruh dunia, membuka ruang komunikasi lintas budaya secara cepat dan dinamis.

Karya-karya yang dipamerkan mengangkat isu-isu terkini serta perkembangan dalam dunia fotografi dari berbagai genre dan konteks yang menyertainya. Dalam hal ini, kolaborasi dalam pameran fotografi merupakan hasil karya mahasiswa Program Studi Fotografi Fakultas Seni Media Rekam Institut Seni Indonesia Yogyakarta selama proses pembelajaran mereka dalam menuntut ilmu di kampus, yang juga disandingkan dengan karya fotografi mahasiswa dari Ithaca College, Amerika Serikat. Dalam pameran ini, ada 22 karya mahasiswa Program Studi Fotografi, Fakultas Seni Media Rekam, Institut Seni Indonesia Yogyakarta dan 20 karya fotografi mahasiswa dari Ithaca College, Amerika Serikat. Dari Jumlah karya tersebut merupakan hasil dari pembelajaran dari kampus masing-masing dengan tema beraneka ragam dan dari berbagi  genre yang mereka pilih.

Too Much, Firman Hidayat, Prodi Fotografi, FSMR ISI Yogyakarta

Foto “Too Much” karya Firman Hidayat ini adalah sebuah karya seni fotografi eksperimental yang menonjolkan eksplorasi identitas dan kerapuhan manusia melalui medium fotografi. Komposisinya tersusun dari grid potret wajah yang beragam, masing-masing dengan sentuhan distorsi dan dekonstruksi yang disengaja, menciptakan kesan mozaik visual yang kompleks. Secara eksperimental, Firman Hidayat memanfaatkan teknik yang tampaknya melibatkan manipulasi digital atau proses pencetakan yang tidak konvensional, di mana sebagian wajah subjek seolah-olah terkikis, memudar, atau tercoreng dengan tekstur kasar. Hal ini memberikan dimensi visual yang “rusak” namun artistik, menantang ekspektasi estetika potret konvensional. Efek ini bisa diinterpretasikan sebagai representasi beban informasi, tekanan sosial, atau bahkan erosi identitas dalam era digital yang serba cepat. Karya ini berhasil menggabungkan estetika yang provokatif dengan narasi konseptual yang kuat, menempatkannya sebagai contoh menarik dari fotografi eksperimental dalam ranah seni fotografi.

Connections, Kim Beck, Ithaca College, USA

Karya fotografi “Connections” oleh Kim Beck ini adalah sebuah eksplorasi visual yang kuat tentang interkoneksi, dukungan, dan potensi ketegangan dalam hubungan manusia, ditampilkan melalui susunan lengan dan tangan yang kompleks. Dihadirkan dalam format hitam putih, foto ini dengan cerdik menonjolkan tekstur dan kontur tubuh, meminimalkan distraksi warna untuk memfokuskan perhatian pada bentuk dan interaksi. Secara eksperimental seniman menciptakan komposisi abstrak yang terbuat dari potongan-potongan tubuh manusia. Lengan dan tangan saling berpegangan, bertautan, dan membentuk jaringan yang menciptakan pola visual yang berulang namun juga dinamis. Aspek fine art dari karya ini terpancar dari kualitas visual yang tinggi dan kedalaman konseptualnya. Pencahayaan yang digunakan sangat dramatis, menonjolkan otot, sendi, dan kerutan kulit, menciptakan bayangan yang memperkuat kesan volume dan ketegangan. Ketiadaan wajah atau identitas individual pada tangan ini menguniversalkan pesan, menjadikannya refleksi yang lebih luas tentang kondisi manusia. Judul “Connections” sangat relevan dengan visual yang disajikan. Karya ini mengundang penikmat untuk merenungkan dinamika hubungan baik pribadi maupun sosial di mana dukungan dan tekanan seringkali berjalan beriringan. Di tengah era modern yang sering menekankan individualisme dan keterasingan digital, karya ini bisa dibaca sebagai respon terhadap kebutuhan mendasar manusia akan koneksi nyata.

Kolaborasi pameran bersama ini secara khusus menekankan inti dari kebebasan berkarya dalam seni fotografi. Dalam semangat tersebut, kami menyediakan sebuah ruang untuk dialog visual dimana praktik fotografi, baik yang berlandaskan tradisi maupun yang mengadopsi inovasi terbaru, dapat berinteraksi. Kita akan menemukan karya-karya fotografi yang dihasilkan melalui metode konvensional mengabadikan momen dengan kamera dan mengolah citra secara manual berpadu harmonis dengan karya-karya non-tradisional yang diciptakan melalui olah digital. Melalui berbagai pendekatan kreatif, pameran ini memperlihatkan bagaimana teknologi modern dapat berkolaborasi dengan seni untuk memperkaya narasi visual, sembari mempertahankan identitas budaya yang kuat.

Selain kolaborasi pameran bersama, karya mahasiswa berprestasi turut serta dipamerkan sebagai bukti bahwa mahasiswa mampu berkompetisi secara baik dan berhasil memperoleh prestasi yang membanggakan.

Lanskap Semu, Mochammad Saddam Husain

Karya Mochammad Saddam Husain sebagai bukti hasil dari pembelajaran di Program Studi Fotografi saat mengikuti Pekan Seni Mahasiswa Nasional, Puspenas Kemdikbudristek tahun 2024 dan mendapatkan penghargaan sebagai Juara II dengan judul Lanskap Semu. ​​Karya fotografi “Landskap Semu” oleh Mochammad Saddam Husein adalah sebuah eksplorasi visual yang menarik tentang ilusi, realitas, dan pertemuan antara alam yang digambarkan dengan lingkungan buatan atau urban. Karya yang dibuat hitam putih ini menonjolkan tekstur, bentuk, dan kontras cahaya, menciptakan suasana yang misterius dan kontemplatif. Lukisan lanskap menciptakan ilusi alam, sementara elemen-elemen di sekitarnya (kolam, tanaman, struktur bangunan) adalah bagian dari realitas fisik. Ini mendorong penonton untuk mempertanyakan persepsi mereka tentang “alam” dan “buatan.”

Karya ini bisa diinterpretasikan sebagai upaya menciptakan “oase” atau ruang alam buatan di tengah lingkungan yang mungkin didominasi oleh struktur urban perkotaan. Karya foto ini merefleksikan bagaimana manusia berusaha untuk membawa alam ke dalam ruang buatan, melalui seni (lukisan) atau penataan lingkungan (taman). Suasana gelap dan penggunaan hitam putih menciptakan mood yang tenang, bahkan sedikit melankolis. Ini mengundang penonton untuk merenung tentang hubungan antara manusia dan lingkungannya. Secara keseluruhan, “Landskap Semu” adalah sebuah karya fotografi yang kaya akan lapisan makna, mendorong dialog antara yang alami dan yang buatan, serta mempertanyakan esensi dari realitas itu sendiri.

Karya Fotografi dari Novalentino Kukuh Daffa Ramadhan mendapatkan penghargaan sebagai Juara II Festival Kesenian Indonesia 2023, Denpasar Bali dengan judul Dinamis Dalam Irama.

Dinamis Dalam Irama, Novalentino Kukuh Daffa Ramadhan

Karya fotografi “Dinamis Dalam Irama” ini adalah sebuah potret yang menangkap esensi gerak dan energi, menampilkan dua penari dalam momen dinamis. Foto ini menggunakan teknik long exposure atau motion blur untuk menciptakan efek visual yang mempertegas tema “irama” dan “dinamis” yang disebutkan dalam judul. Efek motion blur secara langsung merepresentasikan dinamika dan energi gerak tari. Penari tidak hanya diam, tetapi sedang dalam puncak pergerakan, dan fotografi berhasil membekukan momen tersebut. Irama, yang biasanya merupakan elemen audio, divisualisasikan melalui aliran gerak yang ditangkap. Garis-garis buram yang terbentuk oleh tubuh dan kostum penari seolah-olah adalah gelombang suara dari musik atau ritme yang mengiringi tariannya. Meskipun wajah penari mungkin tidak jelas karena blur, postur tubuh dan gestur tangannya yang terbuka ke atas menyampaikan ekspresi kebebasan, pencerahan, atau penyerahan diri pada irama. 

Karya ini adalah perpaduan yang indah antara seni tari dan seni fotografi. Fotografer berhasil menangkap esensi performa, yang sifatnya temporal dan cepat berlalu, dan mengabadikannya dalam bentuk visual yang merayakan gerakan itu sendiri. Secara keseluruhan, “Dinamis Dalam Irama” adalah sebuah karya fotografi yang kuat, berhasil menyampaikan energi dan keindahan gerak tari melalui teknik fotografi yang kreatif dan pemahaman yang mendalam tentang subjeknya. Kedua karya tersebut menunjukkan bahwa genre Fine Art tetap menjadi pilihan dominan sekaligus mencerminkan eksistensinya yang kuat di lingkungan Program Studi Fotografi, Fakultas Seni Media Rekam, Institut Seni Indonesia Yogyakarta.

“Colartboration” pada akhirnya adalah tentang merayakan keragaman, mendorong dialog, dan mempertegas bahwa di tengah arus konektivitas global, seni fotografi dalam segala bentuknya adalah wahana ekspresi yang inklusif dan demokratis. Pameran ini juga merupakan contoh konkret bagaimana tantangan dalam kolaborasi internasional seperti perbedaan bahasa, budaya, dan metode kerja dapat diatasi melalui semangat dialog dan inovasi bersama, membuka jalan bagi masa depan kolaborasi seni yang lebih produktif dan bermakna.