Eksplorasi Karya melalui Keragaman Genre dan Tema

Oleh: Agustinus Dwi Nugroho., S.I.Kom., M.Sn.

Dies Natalis bukan hanya sekedar perayaan tahunan berupa selebrasi dan euphoria sesaat, namun sebagai refleksi dan retropeksi terhadap karya-karya civitas akademika utamanya di lingkungan prodi film dan televisi, yang kali ini dibingkai melalui tema dies natalis di lingkungan fakultas seni media rekam “Kolaborasi Seni Media Rekam Untuk Konektivitas Global”.

Semangat dies natalis ini juga memberikan sebuah makna untuk mengajak semua elemen akademisi seni untuk semakin kreatif dan inovatif di bidang pendidikan maupun berkeseniannya. Seperti halnya karya-karya film yang terkumpul dan telah dikurasi untuk menyemarakkan dies natalis. Karya-karya film yang telah dikurasi merupakan tugas hasil pembelajaran dari mahasiswa dan dosen. Film yang masuk kurasi terdiri dari film fiksi, film dokumenter, maupun film eksperimental. Masing-masing film memiliki cara bertutur yang berbeda-beda. Film-filmnya juga memiliki keragaman genre film, mulai dari drama, komedi, roman,  fantasi, dan fiksi ilmiah. 

Selain film karya yang masuk juga terdiri dari naskah skenario film pendek bergenre drama berjudul “Banyu” dengan ruang penceritaan terbatas yang berdasarkan kisah nyata. Selain itu, skenario film pendek berjudul Dewi Menur dan Joko Tole bergenre drama fantasi dengan latar kearifan lokal, dan diinspirasi dari legenda Timun Mas. 

Tema-tema film yang muncul cukup dominan adalah tema sosial ekonomi, disamping tema-tema remaja yang dibingkai dalam genre roman. Dari film-film yang ada terlihat pula keragaman konflik cerita yang divisualisasikan. Konflik personal dan interpersonal cukup mendominasi film-film yang muncul. Salah satu yang menarik perhatian adalah film fiksi pendek berjudul Hutang Budi Dibawa Mati yang bergenre komedi gelap, dengan penceritaan ruang terbatas, dan mengandalkan akting pemainnya, namun memiliki efek komedi yang maksimal, dengan pendekatan teks yang komikal.

Walau genre drama masih mendominasi dan menjadi tren, namun beberapa karya fiksi yang terkumpul memiliki keunikan dari sisi kebaruan genre film yakni munculnya beberapan tren genre fantasi dan fiksi ilmiah. Dengan kebaruan genre ini menunjukkan bahwa mahasiswa di prodi Film dan Televisi mencoba untuk mengeksplorasi dan mencari sesuatu yang baru dari sisi bentuk dan bertutur filmnya, walaupun tetap digabungkan dengan genre drama yang juga masih kental. Setidaknya dengan pengembangan genre tersebut dapat menunjukkan satu pembeda cerita maupun bentuk visualnya, terutama sisi mise-en-scene sebuah film. Seperti pada film Aknox dan Pham mengisahkan karakternya bergulat dalam dunia fantasi.

Film eksperimental yang masuk dalam proses kurasi juga memiliki bentuk abstrak yang memperkaya khasanah bahasa visual. Film eksperimental ini memiliki pendekatan non naratif dengan konsep abstrak berjudul Re; dan Byakta. Masing-masing memiliki pendekatan yang berbeda-beda dalam mengemas bahasa visualnya, maka untuk memaknai film tersebut akan mengundang interpretasi dari para penontonnya. Re; berekplorasi dengan bentuk cara bertutur pictorial animatic untuk membangun konsep abstrak. Film dokumenter berjudul Harmony in Diversity  juga menjadi salah satu dokumenter yang menarik karena mengangkat tema musik dan disabilitas, disajikan dengan bentuk wawancara. 

Kematangan dalam bentuk teknis juga terlihat dalam setiap karya yang muncul. Karya-karya didominasi dengan setting film tanpa perpindahan lokasi yang signifikan, memanfaatkan ruang-ruang terbatas, keprofesionalan dalam akting pemain juga terlihat dari film-film tersebut juga tampak dari para pemain yang ada. Secara sinematografis pun pengambilan gambar yang ada telah terlihat baik.

Terlepas dari persoalan teknis, keragaman tema dan genre yang ditampilkan dapat disimpulkan bahwa karya-karya film yang masuk merupakan wujud kreativitas mahasiswa dalam melakukan proses pembelajaran. Melalui karya-karya yang ditampilkan kita bisa belajar melakukan evaluasi maupun refleksi sehingga melalui pameran ini, film-film tersebut bisa terakses oleh publik dan mendapatkan apresiasinya.

Salam,

Kurator Dies Natalis Film dan Televisi

Agustinus Dwi Nugroho., S.I.Kom., M.Sn.