Catatan Kuratorial Pameran dan Penayangan Karya Fotografi

dalam Rangka Dies Natalis ke-39 ISI Yogyakarta

Oleh: Novan Jemmi Andrea, M.Sn.

RETROSPEKSI FOTOGRAFI DALAM PERSPEKTIF KUALITAS DAN NILAI GUNA

Kualitas foto bukan melulu tentang wujud kasat mata yang indah nan memesona. Lebih dari itu, kualitasnya juga ditentukan melalui perannya untuk memperkaya pengetahuan dan pengalaman manusia. Secara formal, indikator foto berkualitas itu antara lain pencahayaan dan kontrasnya tepat, warnanya memikat dengan saturasi yang pas, pembobotan objeknya menampilkan keseimbangan simetris atau asimetris, pemanfaatan elemen garis nyata maupun semu menunjukkan fungsinya sebagai pembagi bidang atau penunjuk arah, hingga adanya efek fotografis tertentu sebagai imbas eksplorasi teknik alternatif. Sedangkan terkait dengan perannya, kualitas foto tercermin dari eksplanasi informasi, fungsi, serta hubungan foto itu sendiri dengan suatu fakta maupun fenomena kehidupan manusia.

Silang kait antara imajinasi (gambaran mental), ekspresi (pengungkapan gagasan), keterampilan artistik (bentuk dan gaya seni), serta pengetahuan-pengetahuan lainnya akan bersentuhan dengan paradigma estetika (budaya, selera, interpretasi, dan apresiasi) dari masyarakat penikmatnya. Sehingga, upaya untuk mewujudkan karya yang memesona dan berdaya guna, idealnya disokong dengan landasan konseptual teoretis. Penciptaan foto merupakan praktik metodis dengan cara-cara yang cermat dan terstruktur. Tiap tahapan yang dilalui mencerminkan interaksi konstruktif seniman (fotografer) dengan pengalaman dan pengetahuannya.

Argumen subjektif di atas saya jadikan pengantar untuk mengulas karya fotografi dalam pameran dan penayangan seni media rekam sebagai rangkaian Dies Natalis Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta Ke-39. Ada 38 karya fotografi (dengan presentasi akhir yang berbeda-beda) yang ditampilkan dalam pameran ini. Dari jumlah tersebut, sebanyak 28 foto menyiratkan elaborasi imajinasi dan ekspresi mahasiswa selama menempuh perkuliahan fotografi dokumenter, fotografi eksperimental, fotografi produk, fotografi komersial, fotografi hitam putih, serta skripsi penciptaan. Selebihnya, adalah 10 foto buatan dosen.

Peran untuk melengkapi pengetahuan melalui pesan yang jelas berdasarkan informasi faktual berhasil ditunjukkan oleh foto-foto dokumenter. Riset yang dilakukan untuk memvalidasi data, fakta dan isu terkait subjek pemotretan membantu menghasilkan laporan (foto) akhir yang kredibel. Korelasi autentik antara data yang valid dan pesan yang gamblang juga muncul akibat koneksi yang erat antara elemen-elemen visual di dalam foto. Sederhana namun efektif, foto dokumenter mampu menyampaikan kejujuran meski dibuat tanpa kebanyakan akal-akalan teknis.

Sementara itu, fotografi eksperimental menawarkan karakter yang berbeda. Jika foto dokumenter menyajikan pesan yang tegas, maka foto eksperimental cenderung menawarkan ruang persepsi yang lebih lentur. Serangkaian percobaan untuk melampiaskan ekspresi personal menjadi karya foto merupakan fase pembebasan diri. Hal ini juga mendorong intervensi artistik lainnya untuk menghasilkan rekaman optis dengan nuansa yang khas. Alegori estetis yang bersumber dari diri sendiri atau orang lain menjadi siasat sekaligus komponen dialogis mengenai penerimaan, angan-angan, empati, bahkan kemarahan.

Selanjutnya, potensinya yang inklusif membuat fotografi dapat dijadikan sebagai aset komersial. Aset, dalam konteks ini saya maksudkan sebagai “kekayaan”. Foto dapat memperkaya misi fundamental untuk meningkatkan nilai produk maupun jasa. Foto-foto buatan mahasiswa dari mata kuliah fotografi produk dan fotografi komersial menyuguhkan kemahiran dalam menuangkan wawasan dan kompetensi teknis yang berkaitan dengan konsep komersial ini. Kualitas foto cemerlang yang dihasilkan dari operasional teknis pemotretan yang terukur, mampu membangkitkan kekaguman dan ketertarikan penonton terhadap substansinya. Semua ini bertujuan untuk memotivasi tindakan-tindakan lain yang berdampak ekonomis.

Sedangkan pada foto-foto hitam putih, kita sebenarnya melihat kecakapan mahasiswa dalam mengimplementasikan prosedur analog yang ketat. Pengetahuan terhadap alat dan bahan yang akurat harus dikuasai demi meminimalisir resiko kegagalan. Karena bukan tindakan yang spekulatif, maka seluruh proses sejak masa persiapan, pemotretan, pencucian film negatif, hingga mencetak foto dilakukan dengan sangat teliti. Meskipun modus eksperimennya kental dengan aspek teknis, nyatanya kualitas foto hitam putih yang dihasilkan mampu menyajikan abstraksi gambaran mental yang layak diapresiasi.

Seluruh foto dalam pameran ini bisa dijadikan pemantik diskusi tentang esensi fotografi sebagai ilmu pengetahuan, perannya dalam masyarakat, hingga prospek dari teknologi baru dan cara memanfaatkannya untuk kebutuhan fotografi. Usaha-usaha perbincangan tentang hal diatas juga ditujukan untuk mendukung peningkatan akselerasi, kreasi, dan inovasi sumber daya manusia di lembaga pendidikan seni ini agar mampu bersaing di kancah nasional maupun internasional, seturut dengan misi kebangsaan Indonesia Emas 2045.