Bangkit dan Pulih Melalui Aktualisasi Karya Animasi

Ehwan Kurniawan (animakini FSRD IKJ)

Kurator eksternal

Berdasarkan tema sentral yang diangkat dalam Pameran “Jalan Menuju Media Kreatif” (JMMK) 14, di Fiap Exhibition Center, Galeri Pandeng, Fakultas Seni Media Rekam (FSMR) ISI Yogyakarta pada 25 Oktober s.d 1 November 2022, yaitu kebangkitan dan pemulihan. Dalam bidang budaya, pemahaman tersebut berhubungan dengan kebangkitan dari kondisi aspek kultural personal, kelompok, hingga institusi yang telah pulih setelah menghadapi tantangan pandemi di bidang kesehatan yang sangat berpengaruh selama 2 tahun terakhir terhadap aspek sosial masyarakat. Kemampuan manusia untuk bangkit kembali setelah kondisi seperti itu membutuhkan kemauan dan upaya kolektif, ditunjukkan melalui karya-karya yang dipamerkan di event JMMK 14 dengan menampilkan kebangkitan dalam lingkup pemulihan dari kehidupan kontemporer yang diterjemahkan ke dalam karya seni dengan mengadopsi tinjauan multi-segi dari sejarah, budaya material, spiritualisme, lingkungan, dan ideologi, hingga konteks praktis secara khusus ke dalam media animasi dengan beragam format. 

Pameran tahunan yang diselenggarakan sejak tahun 2009 ini diikuti dari mahasiswa, staf pengajar program studi Fotografi, Televisi dan Animasi FSMR ISI Yogyakarta, juga merangkul kolega dunia akademis, industri, para profesional dan seniman seni media rekam yang tergabung dalam BKS-PTSI (Badan Koordinasi Seni Perguruan Tinggi Seni Indonesia), para kolega profesional Fakultas Seni Media Rekam, dan peserta tamu dari perguruan tinggi sejenis di luar negeri yang menjalin kerjasama dengan FSMR ISI Yogyakarta ini didedikasikan kepada publik sebagai bentuk pertanggungjawaban terhadap eksistensi dan pengembangan keilmuan bidang seni media rekam khususnya animasi sebagai indikator kualitas belajar-mengajar yang mengangkat tema “Aktualisasi Seni untuk Kebangkitan dan Pemulihan Kehidupan”, sebagai penanda semangat berkativitas dan berkarya. 

Dari pengumpulan 25 karya animasi yang dikoordinasikan panitia, tidak membatasi tema karya yang dipamerkan, dengan catatan tidak mengandung unsur kebencian terhadap SARA dan muatan pornografi, berdurasi dari 90 detik hingga 10 menit. Secara umum karya yang ditampilkan merupakan karya tugas akhir mahasiswa, baik dari Animasi FSMR ISI Yogyakarta, maupun institusi akademik lainnya, mengangkat cerita yang berhubungan dengan pemulihan kehidupan untuk bangkit kembali, seperti pada karya animasi 2 dimensi, Achmad Sujendro berjudul “Mbah Tejo” yang memiliki masalah kesehatan karena sudah semakin tua dan kesepian ditinggal mati istrinya serta ditinggal pergi anaknya karena telah menikah, sulit dihubungi dan sudah lama tidak mengunjunginya dengan alasan sibuk. Disebabkan faktor kesepian tersebut timbul keinginan untuk mengakhiri hidup, namun di saat itu pula anak dan cucunya yang sudah lama tidak berkunjung ke rumahnya, datang memberikan kejutan. Terjadilah drama di keluarga tersebut yang membuat kesal dan marah anaknya. Namun dari konflik tersebut justru terbuka dialog antara ayah dan anak yang lama tidak berkomunikasi dan menimbulkan solusi yang happy ending dari animasi tersebut. 

Cerita animasi yang terkumpul menampilkan beragam genre, mulai dari drama situasi konflik remaja yang ingin menyampaikan pesan kejujuran kepada anak kecil dari animasi “cermin” karya Amara Vida Tantra. Kemudian animasi “Taring” karya Ann-Marie Ramadhania Nalapraya tentang kegalauan Made remaja Bali yang yang mengalami masalah jadi diri ketika belum siap bertransisi menjadi dewasa dan berharap tetap menjadi anak-anak yang bebas dengan mengambil latar cerita tradisi Bali tentang memotong gigi taring. Kemudian genre fantasy, komunikasi kucing yang lapar dengan pemiliknya berjudul “Meeoww”, yang bisa menimbulkan konflik dan kelucuan yang hanya bisa ditampilkan dalam medium animasi dari karya Annisya Umul. Animasi 2d lainnya yang menarik adalah karya Rizal Dwi Setyo Utomo, berjudul “Sorry I,m Late” menceritakan siswa SMP di dalam angkutan kota yang sedang membayangkan kemungkinan terburuk akan dimarahi gurunya jika hari ini ia terlambat datang ke sekolah. Berikutnya “Lost Color” karya Samantha dan Dede Kristanto, yang menceritakan seorang anak periang bernama Putri yang menyelamatkan seekor kucing dari kejaran seekor Harimau. Ternyata kucing itu bukan Kucing biasa, merupakan wadah untuk Artefak Ajaib dan selalu berusaha menyatukan dirinya dengan Artefak Berlian sehingga warna yang ada di dunia bisa kembali seperti sedia kala. Teaser animasi “Volcanid: The Rise Of Garudha”, adalah kisah petualangan lima remaja dari bumi bertemu dengan seorang makhluk mitologi dari dimensi kedewataan yang keberadaannya telah tertulis dalam epos kepahlawanan yang melegenda. Proyek ini merupakan karya kolaborasi FSRM ISI Yogyakarta dengan Kampoong Monster Studio mendapatkan dukungan dari Kemendikbud RI.

Yang menjadi unik dari beberapa karakter dalam animasi 2d tersebut, banyak terpengaruh dengan karakter anime Jepang, yang mungkin banyak memberikan referensi visual kepada kreatornya dan berpengaruh ke dalam karyanya, nampak pada animasi “Dibalik Buku” karya Boyke, Meeoww karya Annisya Umul, dan Mbah Tejo karya Achmad Sujendro, serta Memedi Ing Katresnan, karya Erika Marlia yang bergenre horor. Namun ada juga yang menampilkan gaya ilustrasi karikatur yang detail dari karya Muhamad Hanief Mahfudz berjudul “Tangkringan” yang berciri khas gaya ilustrasi Yogyakarta, bercerita tentang drama situasi sosial yang satire, kisah 2 gadis bernama Hima dan Novia yang sudah berteman lama sebagai anak seorang pedagang angkringan jalanan bernama Pak Pandu dan seorang Petugas Satuan Polisi Gaung Guardian (Satpol GG) bernama Baron, di sebuah terminal terbengkalai, Terminal Maruna. Karya tersebut mengingatkan seperti animasi “Roda Pantura”, karya Hizart Studio, Yogyakarta. 

Dalam penggunaan teknik animasi yang digunakan pun beragam seperti pada karya T-egg karya Arasy Indzar, yang memilih animasi 3d untuk menceritakan petualangan bayi dinosaurus yang mencoba keluar dari cangkang telurnya, bertemu dengan rubah yang awalnya ganas, namun berubah takut saat mengetahui yang di dalam telur adalah bayi dinosaurus. Dengan Teknik yang sama pada animasi “Alone” karya Azza Arsyida menceritakan seekor cacing yang kesepian di sebuah dapur berkeliling mencari teman. namun ia tidak menemukan siapa-siapa. Di tengah kesedihannya ia melihat sebuah pisau yang menarik perhatiannya, lalu mencoba mengajak pisau itu bermain, namun tidak merespon, sehingga membuat frustrasi dan mendorong pisau tersebut jatuh menimpanya dan membelah tubuhnya menjadi 2 yang membuat terkejut dan tiba-tiba bagian tubuh itu bangun dan menyapanya. 

Teknik stop motion digunakan oleh team Popipo, M Jafar Sidiq dan Dyah Aditya pada karya berjudul “Makan” cerita tentang 3 ayam yang berebut mencari makan, kemudian teknik hybrid animation karya Raffi Noersyah berjudul “Nirzana Treasure”, bercerita tentang petualangan Roy dalam mendapatkan Sinta, putri dari kerajaan Shimura yang dipimpin oleh seorang Raja bernama Fam, yang terkenal dengan petualangannya mencari harta karun. Dengan penggabungan teknik ilustrasi, dan live shooting, lalu mensinkronkan dengan environmental 3d modelling, memberikan kebaruan dalam inovasi animasi yang bergaya game. Bahkan ada yang menggunakan teknik rotoscoping seperti karya Ibram Rulianto dari  konsep film animasi 2D “Meaningful” yang mengedepankan unsur artistik, pewarnaan dan music, animasi ini mengusung tema tentang broken home, berdasarkan insprasi dari pengamatan sosial terhadap kasus broken home yang menimpa remaja. memperlihatkan proses penggarapan animasi perlu riset yang mendalam mulai dari pengumpulan bahan (menonton film), wawancara terhadap korban, menjadikan dasar yang kuat dalam proses pembuatan animasi. Selain itu ada juga teknik puppeter dikombinasikan dengan frame by frame pada karya Wahyu Nurul Iman pada animasi “Sintren save the villages”, yang bercerita tentang ksatria Sulandono kekasih Sintren yang menyelamatkan desanya dari serbuan si Buto. Selain itu terdapat salah satu karya Video Musik Animasi Juwita Malam, Ismail Marzuki Arr. NonaRia bergenre Komedi Romantis dari Maria Aurellia Dyan Putri Utami dari FSRD IKJ, Jakarta yang menghibur dalam warna dan komposisinya yang membawa penonton bernostalgia pada masa lalu.

Pada animasi 3d karakter yang ditampilkan dominan menceritakan tentang dunia fauna, mulai dari petualangan bayi Trex, cacing, kemudian burung kakak tua dalam “Birb” yang bergenre thriller comedy animation karya Doulos Manik dan Ihsan Noviandri, kemudian karya Latu Arifian Purnomo bergenre fantasy romance comedy yang menceritakan kompetisi kepiting jantan berwarna merah dan ungu yang bersaing berebut pesona terhadap kepiting betina berwarna pink. 

Pada animasi 2d juga terdapat karakter keong dengan seorang remaja putri pada judul sarapanku karya dari Dinda Kristiana Lukman, kemudian “Sun Bear” karya Ghanis Kamilabid yang bercerita tentang petualangan beruang yang berkonflik dengan lebah karena berebut madu. Selain itu ada perpaduan cerita flora dan fauna dalam pengembangan cerita karakternya seperti di animasi “Mad and Tim edition life” karya Gugum Abdullah Rhamdani, bergenre sci-fi tentang Tomat dan Timun yang hidup karena terkena tembakan dari mahluk alien yang menginvasi kehidupan kucing. 

Konsep sinematografi dari setiap karya, menampilkan beragam scene, dan pengambilan shot kamera dengan variasi angle yang beragam, sehingga tayangan terlihat dinamis dalam mengikuti alur ceritanya dan menyenangkan sebagai tayangan animasi sehingga tidak terlihat monoton.   

Kombinasi warna dari karya-karya animasi tersebut juga beragam, dari yang analogus ke colorfull, penggunaan warna pastel juga memberikan kesan keceriaan seperti pada animasi “permen”  karya Winda Ayu Widyanti, yang colorfull, yang bercerita tentang perjalanan Aili yang selalu dilindungi oleh Baba pengawal fantasi berwujud kucing namun bisa berubah wujud menjadi Barongan besar apabila marah, ketika Aili diganggu oleh Baro yang usil. 

Dengan hasil karya yang memiliki keunikan dan ciri khas yang beragam dari beragam daerah maupun genre, sudah seharusnya prodi FSMR ISI Yogyakarta berani untuk aktif mengikutkan karya-karya animasinya ke festival-festival tingkat nasional maupun internasional untuk menunjukkan keunggulannya.  Semoga penayangan animasi ini mendapat apresiasi positif demi tercapainya cita-cita luhur sebagai bagian dari upaya menggali jati diri bangsa melalui seni dan animasi seperti yang diharapkan FSMR ISI Yogyakarta.

Selamat Berpameran